Sleman (newsflash-ri)_____ Masih adanya ancaman yang ditimbulkan oleh kembalinya militan asing ke negara asal mereka masih ada sejumlah besar militan yang tidak diketahui keberadaannya, beberapa di antaranya mungkin pergi ke zona konflik dan berfungsi sebagai pengganda kekuatan bagi kelompok-kelompok jihad yang berperang dalam perang saudara atau pemberontakan di suatu negara.
Salah satu tren yang paling mengkhawatirkan dalam terorisme global adalah proliferasi organisasi ekstremis supremasi dan kelompok-kelompok lain yang dimotivasi oleh berbagai bentuk ekstremisme sayap kanan.
Hadirnya Yayasan Lingkar Perdamaian yang bergerak di bidang Control Flow Integrity (CFI), untuk menjauhkan dari sifat-sifat destruktif, termasuk pengeboman sangat dibutuhkan saat ini untuk menangkal tren perkembangan terorisme.
Yayasan itu juga bisa menjadi tempat jujukan bagi eks napi kasus terorisme yang salah satunya Fajar Dwi Satya als Pecun (Ex. Napiter Bom buku) untuk terjun ke tengah masyarakat lagi dimana Yayasan ini didirikan bersama dengan mantan teroris.
Bahwa Fajar Dwi Satya als Pecun (Ex. Napiter Bom buku) kelompoknya yang terlibat di beberapa kasus bom buku baik di jakarta maupun cirebon banyak dari kalangan anak jalanan. Mereka direkrut dengan dasar iming-iming materi. Mereka tidak terhubung dengan kelompok radikalisme yang berjihad dengan jalan agama, bahkan sebagian besar mereka tidak tahu tentang arti yang mendalam mengenai agama dan jihad. Mereka terhubung dengan kelompok radikalisme tersebut setelah sama-sama didalam penjara, namun idiologi tetep berbeda, hanya saja tujuanya sama yaitu tentang aksi protes terhadap pemerintah yang syah.
Muhhammad In’am Amin, S.E yang merupakan Direktur Pemberdayaan dan Pendampingan dan Fajar Dwi Satya als Pecun (Ex. Napiter Bom buku) anggota di Yayasan Lingkar perdamaian menyatakan bahwa dirinya beserta anggotanya siap untuk bersinergi dengan pemerintahan dalam menjaga persatuan & kesatuan NKRI.
“Pendirian Yayasan Lingkar Perdamaian berangkat dari banyaknya sejarah yang dilalui bersama rekan-rekan, banyak sekali yang bisa kita ambil hikmahnya,” beber In’am di sela-sela deklarasi dengan Polres Sleman, di kawasan Maguwoharjo Depok Sleman Kamis (17/9)
Yayasan lingkar perdamaian yang merupakan wadah bagi para mantan kombatan jihadis serta bertujuan untuk mereduksi radikalisme dan menumbuhkan kembali jiwa nasionalisme bagi kelompok yang sudah terpapar faham tersebut di Indonesia.
‘’Kekhawatiran kita tentang penyebaran paham-paham radikalisme karena di Yogyakarta khususnya di Kabupaten Sleman banyak pendatang yang setiap tahun berdatangan, baik itu untuk belajar, bisnis maupun kegiatan lainya. Hal tersebut memicu pelaku-pelaku terorisme dalam melaksanakan aksinya dengan berbagai modus operandi baru dan rawan terhadap masuknya paham-paham yang mengarah kepada radikalisme baik melalui face to face ataupun melalui media sosial,’’ungkap pengurus Yayasan Lingkar Perdamaian, Muhhammad In’am Amin, S.E..
Menyikapi hal tersebut banyak warga yang merasa was - was dengan pelaku-pelaku aksi terorisme karena paham radikal dapat merusak dan menghancurkan NKRI.
Dalam deklarasi itu Yayasan Lingkar Perdamaian bersama Polri dan pemerintah berusaha untuk menjaga situasi kamtibmas di Kabupaten Sleman. Ia juga mengajak seluruh elemen masyarakat untuk memelihara ukhuwah dan menghindarkan diri dari perpecahan serta menjaga peraatuan bangsa.
“Kami bersama Polri berusaha menciptakan suasana tentram dan menghapus tindakan intoleransi yang dapat memecah belah persatuan bangsa,” jelasnya. (Dde)
0 Comments