Sleman (newsflash-ri)______Fenomena inflasi di Indonesia utamanya terkait supply termasuk di antaranya adalah permasalahan distribusi bahan makanan pokok alias sembako. Panjangnya rantai distribusi dan adanya pihak yang bermain, seringkali mengakibatkan kegagalan pasar, harga mengalami kenaikan yang tidak wajar.
persoalan itu perlu terus diperbaiki dan wabah Covid-19 seharusnya bisa menjadi momentum.
“Sekarang sudah banyak gerakan yang mempertemukan supply dan demand. Bagaimana kita bisa belanja langsung ke petani secara online. Gerakan ini bisa menjadi bagian dari new normal yang akan mengurangi kegagalan pasar.salah satu langkah pemerintah di bawah Kementerian Perdagangan (Kemendag) dalam melakukan kebijakan pengendalian harga seperti memotong rantai distribusi, menetapkan HET (harga eceran tertinggi) untuk gula, memperbanyak pasokan ke pasar melalui kebijakan importasi, juga rutin menggelar operasi pasar di berbagai daerah. Langkah itu terbukti cukup berhasil menahan kenaikan harga selama ramadan bahkan jelang Idul Adha.lebaran Idhul Adha tahun ini memang sangat berbeda dengan biasanya seiring dengan kebijakan pembatasan sosial skala besar dan juga imbauan tidak mudik. “Tekanan inflasi selama wabah ini memang tidak cukup besar, terutama bila dibandingkan dengan kondisi normal,” ucap
Jika dibandingkan hari-hari biasa, memang seminggu sebelum Idul adha terdapat kenaikan permintaan terhadap berbagai kebutuhan sembako dibandingkan kondisi normal, namun jauh sekali lebih rendah. Karena itu, dengan permintaan yang jauh lebih rendah, sementara pasokan atau supply bahan pokok atau sembako dijaga oleh pemerintah, maka inflasi lebih stabil.
Kebijakan pemerintah yang bersinergi dengan kalangan industri agar beras dan gula tidak akan langka di pasar, pasokan cukup, dan permintaan tidak mengalami lonjakan. Hal itu juga didukung denan pemanfaatan jaringan online, sehingga rantai distribusi terpangkas dan mendorong harga lebih rendah.
Di tengah pandemi virus corona PT Sungai Budi Tbk (TBLA) sebagai Produsen bahan baku pangan masih mampu membukukan kinerja moncer. Namun, meski pendapatan dan laba naik, produsen produk merek Rose Brand ini harus siap menghadapi risiko likuiditas.
Bahwa saat ini PT.Sungai Budi memproduksi serta menjual produk rose Brand yang terdiri dari, tepung tapioka Rose Brand, tepung beras Rose Brand, bihun Rose Brand, gula kristal Rose Brand dna minyak goreng Rose Brand. Gudang PT Sungai Budi yang terletak di daerah Berbah Sleman saat ini mendistribusikan bahan bahan sembako tersebut ke berbagai toko dan pasar serta konsumen area Yogyakarta Klaten dan Magelang.
Walapun saat ini penjualan produk dari rose brand mengalami penurunan akibat pandemi covid akan tetapi PT Sungai Budi selaku pihak distributor area Yogyakarta dan sekitarnya berkomitmen untuk tetap menyalurkan dan mendistribusikan bahan bahan produk Rose Brand kepada masyarakat dengan harga standart sesuai dengan harga eceran yang telah ditetapkan Pemerintah.
Disinggung terkait pendistribusian dan HET( Harga Eceran Tertinggi ) bahwa ibu Nur Rahayu selaku manager gudang PT Sungai Budi, Selasa (8/6/2021), menjelaskan masalah pendistribusian sembako akan selalau diawasi ketat agar benar2 smapai kepada konsumen tepat waktu dan harga di retail maupun konsumen harus sesuai dengan HET dan diharapkan para pemilik toko atau agen tidak menaikan harga secara sepihak,dan dijelaskan pula bahwa adanya wacana Pemerintah yang akan menerapkan PPN sembako belio mengatakan hal tersebut kalau bisa tidak dilaksanakan/ diterapkan karena yang akan terdampak adalah para pedagang kecil dan pengusaha bidang perdagangan menengah ke bawah. (tgh)
0 Comments